Minggu, 13 April 2014

Pemilu dan Demokrasi 2014

Hi bro, agan-agan. Semoga semua dalam keadaan sehat selalu, Amin. Hari ini, tanggal 13 April 2014 bangsa Indonesia tengah sibuk dengan momen-momen pemilu yang saat ini sedang menunggu perolehan suara calon legislatif dari semua daerah. Insya Allah pada 9 Juli 2014 akan dilanjutkan dengan Pilpres. Kita tahu bahwa sebagai warga negara Indonesia yang baik harus memanfaatkan hak pilih karena menentukan nasib Indonesia kedepannya. Dan juga azas Pemilu di Indonesia yaitu azas LUBER JURDIL yang berarti pemilihan umum dilaksanakan secara Langsung, Umum, BEbas, Rahasia, JUjuR, dan aDIL.

Kali ini saya menulis artikel tentang pemilu dan demokrasi 2014. Artikel ini pada awalnya merupakan pendapat saya pribadi yang kemudian saya diskusikan kepada seorang dosen dan ulama, dan ternyata mendapat dukungan, sehingga saya berinisiatif untuk memposting di blog agar dapat dibaca semua pihak. Artikel ini ditulis bukan untuk perdebatan melainkan dengan tujuan pembelajaran agar Indonesia dapat menjadi lebih baik kedepannya.

Jika kita menilik dari sejarah pada awalnya pemilu ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Namun pada tahun 2002, pemilihan presiden yang awalnya dilakukan oleh MPR, kini disepakati untuk juga dimasukkan ke dalam pemilu yang artinya pemilihan presiden juga dipilih melalui rakyat. Pilpres pertama diadakan pada tahun 2004 yang saat itu dimenangkan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sehingga ia di agung-agungkan sebagai presiden pertama yang dipilih rakyat oleh rakyat Indonesia.

Sejak saya SMP mempelajari mata pelajaran Kewarganegaraan, saya mengenal bahwa Indonesia menganut sistem Demokrasi yang didalamnya berarti presiden sebagai kepala negara namun kedaulatan berada di tangan rakyat. Untuk beberapa saat saya mendukung teori ini, karena dengan adanya kedaulatan berada di tangan rakyat berarti tidak akan ada pemerintahan Indonesia yang bersifat otoriter. Tapi setelah saya mempelajari apa itu demokrasi dan hubungannya dengan Indonesia, ternyata saya menemukan kebalikannya. Ya, kita lupa bahwa Indonesia ini negara yang berideologikan Pancasila. Ideologi Pancasila itu sendiri tidak dibuat secara asal-asalan atau untuk kepentingan seseorang atau kaum, melainkan ideologi pancasila itu DIGALI oleh para proklamator Indonesia dari bangsa Indonesia itu sendiri. Soekarno pernah mengatakan bahwa ia bukan pencipta pancasila,  ia hanya menggali nilai-nilai pancasila yang sebenarnya sudah ada didalam diri bangsa Indonesia. Pancasila bukan berarti membela agama atau yang lainnya, tetapi pancasila bersifat universal yang berarti mencerminkan pribadi bangsa Indonesia yang sudah ada sejak zaman dahulu.

Tapi yang saya risaukan adalah, apakah nilai-nilai Pancasila itu yang sebenarnya mencerminkan pribadi bangsa Indonesia, masih ada pada diri bangsa Indonesia itu sendiri (kita)?  Saya jawab, luntur! Jika kita hubungkan dengan momen pemilu yang saat ini sedang kita laksanakan, tiliklah kembali pada pancasila dan kita akan menemukan sesuatu yang salah, sesuatu yang sudah terbalik, dan bukan pribadi kita. Sila itu adalah :

"Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan, dalam permusyawaratan/perwakilan"

Apa artinya? Artinya jelas mengatakan bahwa pemimpin negara dipilih oleh suatu lembaga (MPR) melalui suatu musyawarah. Bukankah ini terbalik dengan yang sedang kita adakan sekarang? Bukankah pemilihan presiden dengan cara coblos sama saja dengan melakukan voting? Hal-hal kecil ini lah yang menurut saya mulai hilang dari bangsa Indonesia. Pancasila yang sejatinya sebagai azas dan ideologi kehidupan bernegara, kini mulai hilang dan tak lebih hanya sekedar simbol belaka. Tentunya ini tidak akan terjadi jika bangsa Indonesia bersatu membentuk kesatuan Republik Indonesia. Hal ini sudah dilakukan oleh para pemimpin kita sebagai contoh yaitu Soekarno dalam memimpin pergerakan Indonesia, sehingga dulu terlihat bahwa pemimpin merupakan cerminan dari rakyatnya. Sedangkan sekarang saya justru berpendapat saat ini bahwa masyarakat yang merupakan cerminan dari pemimpinnya.

Berikut adalah film soekarno yang mana didalamnya ada nilai sejarah serta nilai pancasila. 


Namun terlepas dari itu semua, tetap tidak ada didunia ini pemimpin yang sempurna, bahkan bagi seorang soekarno. Dia mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dikarenakan sempat mendukung PKI dan menggagas konsep NASAKOM, akhirnya dia pun jatuh dan harus menjalani kurungan rumah. Pada masa akhirnya hayatnya juga harus mengalami berbagai komplikasi penyakit tanpa perawatan yang intensif.

Kembali lagi di zaman sekarang, karena tidak adanya perubahan di Indonesia (bahkan di tv-tv jarang saya melihat prestasi Indonesia), masyarakat mulai mengharapkan kembali pemimpin seperti Soeharto. Soeharto memang sempat membuat nama Indonesia melambung tinggi dan dianggap sebagai macan Asia. Namun tetap pada awalnya keberhasilan itu sudah digagas oleh Soekarno, tapi tidak semua yang terealisasi. Maka dari itulah saya mengagumi beliau karena visi dan misinya yang sangat jauh kedepan buat negara ini. Soeharto hanya sebagai pelaksana, yang merealisasikan ide yang sudah ada tersebut. Keberhasilannya pun tidak lepas dari kepemimpinannya yang selama 32 tahun. Dalam jangka waktu sepanjang itu sudah pasti pemerintahan akan berjalan continue sehingga cita-cita negara dapat tercapai. Sedangkan zaman sekarang pemerintahan berjalan selama 5 tahun, dan dengan bergantinya pemimpin maka bergantilah semua visi dan misinya. Hal itulah yang menurut saya masih merupakan kelemahan Indonesia sehingga jarang terlihat keberhasilan Indonesia. Pemimpin saat ini justru lebih mementingkan kepentingan pribadi diatas kepentingan negara sehingga membuat negara Indonesia terlihat seperti "abu-abu" sulit ditemukan mana yang benar dan mana yang salah.

Perjuangan Indonesia saat ini masih berat dan berlanjut dan ini sudah diprediksi jauh sebelumnya oleh proklamator kita dalam mendirikan NKRI ini. Soekarno berkata “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” Inilah yang tengah kita hadapi. Dan juga Soekarno pernah berkata hal lain "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya". Semoga dizaman sekarang ini siapapun pemimpin yang akan terpilih nanti dapat mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi, serta belajar kembali dari sejarah dan menghormati jasa pahlawan yang telah lalu.

Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai rakyat Indonesia di zaman sekarang ini? Saya jawab jadilah diri sendiri dan tidak menjadi pribadi yang ikut-ikutan. Rabun itu masih lebih baik daripada buta. Jika saat ini momennya melaksanakan Pemilu maka jalani dengan sebaik-baiknya, kenali calon-calonnya sebelum memilih dan pilih berdasarkan yang terbaik bukan karena ikut-ikutan atau menerima suapan. Semoga yang telah terpilih agar bisa menerapkan nilai pancasila dan mengembalikan kejayaan Indonesia yang pernah ada.

2 komentar:

Terima kasih atas kunjungannya..
Tinggalkan jejak anda dengan berkomentar dibawah ini, atau dengan mengisi buku tamu. Trim's ^^

Copyright 2014 by Tignov Harli. Diberdayakan oleh Blogger.